KabarMakassar.com — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil mengakhiri perdagangan Kamis (18/07) dengan lonjakan signifikan, ditutup menguat 96,85 poin atau 1,34% ke level 7.321,07.
Penguatan ini didorong oleh kinerja positif saham-saham berkapitalisasi besar, khususnya PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN), PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI).
Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG dibuka pada level 7.224,21 dan mencapai titik tertinggi di 7.330,80 sepanjang sesi perdagangan. Secara keseluruhan, sebanyak 338 saham mengalami penguatan, 208 saham melemah, dan 249 saham stagnan. Kapitalisasi pasar mencapai Rp12.429,27 triliun, mencerminkan sentimen positif investor terhadap pasar modal Indonesia.
Saham PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) menjadi pemimpin penguatan dengan kenaikan sebesar 11,90%, mencapai level Rp8.700. Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) juga menguat 3,06% ke Rp10.100, sementara saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) meningkat 2,73% ke level Rp4.890 per lembar.
Sebaliknya, saham PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) terkoreksi 2,10% ke Rp2.800 dan saham PT Bayan Resources Tbk. (BYAN) turun 1,51% ke Rp17.925.
Saham dengan kenaikan tertinggi pada perdagangan kemarin adalah PT Cipta Perdana Lancar Tbk. (PART) yang melonjak 28,46% ke level Rp167. Posisi tersebut diikuti oleh saham PT Ricky Putra Globalindo Tbk. (RICY) yang naik 17,98% ke Rp105 per lembar.
Sebaliknya, saham PT Wulandari Bangun Laksana Tbk. (BSBK) mencatat penurunan terbesar, merosot 28,72% ke level Rp67, diikuti oleh saham PT Solusi Sinergi Digital Tbk. (WIFI) yang turun 7,41% ke Rp200 per saham.
IHSG menguat 1,02% ke level 7.298,24 pada penutupan sesi pertama perdagangan, menunjukkan rebound setelah beberapa hari mengalami penurunan.
Penguatan ini ditopang oleh optimisme Bank Indonesia (BI) terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II/2024. Dari sisi teknikal, indikator MACD menunjukkan penyempitan negative slope yang disertai potensi golden cross pada stochastic RSI di area oversold, memberikan ruang bagi IHSG untuk menguat lebih lanjut.
Pada awal perdagangan Kamis (18/07), IHSG dibuka naik 0,16% ke posisi 7.236,09 dan dalam 12 menit setelah pembukaan, penguatan IHSG semakin bertambah, menguat 0,39% ke 7.252,17. IHSG cenderung bertahan di level psikologis 7.200. Nilai transaksi pada sesi pertama mencapai sekitar Rp964 miliar dengan volume transaksi mencapai 2,2 miliar lembar saham yang ditransaksikan sebanyak 100.817 kali.
Penguatan IHSG juga dipengaruhi oleh sentimen positif dari keyakinan terhadap penurunan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS). Pejabat tinggi The Federal Reserve (The Fed) menyatakan bahwa mereka semakin dekat untuk memangkas suku bunga, mengingat perbaikan pada inflasi dan keseimbangan pasar tenaga kerja. Pernyataan dari Gubernur The Fed Christopher Waller dan Presiden The Fed New York John Williams memperkuat harapan bahwa kebijakan moneter yang lebih longgar akan segera diterapkan.
Gubernur The Fed, Christopher Waller, dalam pidatonya di Kansas City Fed, menyoroti bahwa kebijakan moneter yang lebih longgar semakin dekat, sementara Presiden The Fed New York, John Williams, menegaskan hal ini dalam sebuah wawancara. Secara terpisah, Presiden The Fed Richmond, Thomas Barkin, menyatakan kegembiraannya bahwa penurunan inflasi mulai meluas dan berharap tren ini berlanjut.
Pernyataan tersebut meningkatkan keyakinan pasar bahwa The Fed akan memangkas suku bunga acuannya pada pertemuan bulan September mendatang. Berdasarkan perangkat FedWatch, pasar menilai ada peluang sebesar 91,7% bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga pertama kali sebesar 25 basis poin menjadi 5,00%-5,25%.
Pemangkasan suku bunga ini diperkirakan akan berlanjut pada dua pertemuan berikutnya, masing-masing sebesar 25 basis poin pada pertemuan November dan satu kali lagi pada Desember, sehingga pada akhir tahun suku bunga The Fed berada di kisaran target 4,50%-4,75% dengan tiga kali penurunan dalam setahun.
Sentimen positif ini turut memberikan dorongan bagi IHSG untuk terus menguat, mencerminkan optimisme investor terhadap prospek ekonomi Indonesia dan kebijakan moneter global yang lebih akomodatif.
IHSG diharapkan dapat mempertahankan tren positifnya dalam beberapa waktu mendatang, didukung oleh fundamental ekonomi yang kuat dan kebijakan fiskal serta moneter yang mendukung pertumbuhan.