KabarMakassar.com — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus menunjukkan penguatan pada penutupan perdagangan Jumat (12/07) kemarin, menguat 0,37% atau 27,17 poin ke posisi 7.327,58 di Bursa Efek Indonesia (BEI). Peningkatan ini melanjutkan tren positif yang terjadi sejak awal bulan, didorong oleh sentimen positif dari pasar global.
Penguatan IHSG pada perdagangan terakhir ditopang oleh tujuh sektor utama, dengan sektor properti dan real estat mencatatkan kenaikan terbesar sebesar 3,19%. Sektor infrastruktur juga mengalami lonjakan sebesar 1,09%, disusul oleh sektor keuangan yang naik 0,96%. Sektor transportasi dan logistik terangkat 0,82%, perindustrian naik 0,72%, kesehatan menguat 0,27%, dan barang konsumsi primer naik 0,20%.
Namun, tidak semua sektor mengalami kenaikan. Empat sektor mencatatkan penurunan meski IHSG menguat secara keseluruhan. Sektor teknologi turun 0,54%, energi melemah 0,53%, barang konsumsi nonprimer tergerus 0,36%, dan sektor barang baku turun 0,18%.
Saham Paling Berpengaruh
Dalam indeks LQ45, beberapa saham mencatatkan kenaikan signifikan. PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) naik 5,02%, PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) menguat 3,18%, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) juga naik 3,18%. Di sisi lain, beberapa saham mencatatkan penurunan, antara lain PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) yang turun 2,87%, PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk (ACES) melemah 2,44%, dan PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) turun 2,21%.
Berikut Top gainers LQ45 pada penutupan pekan ini adalah:
PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) 5,02%
PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) 3,18%
PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) 3,18%
Top losers LQ45 terdiri dari:
PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) -2,87%
PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk (ACES) -2,44%
PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) -2,21%
Volume dan Nilai Transaksi
Total volume transaksi bursa mencapai 15,6 miliar saham dengan nilai transaksi sebesar Rp 11,95 triliun. Dari total saham yang diperdagangkan, 329 saham mengalami kenaikan, 230 saham turun, dan 239 saham stagnan. IHSG tercatat menguat 1,02% dalam sepekan terakhir dan 0,75% sejak awal tahun.
Sentimen Global
Penguatan IHSG ini sejalan dengan sentimen positif dari pasar global, terutama setelah rilis data inflasi terbaru Amerika Serikat (AS) yang menunjukkan penurunan lebih dari ekspektasi. Inflasi AS pada Juni 2024 tercatat 3% yoy, turun dari 3,3% pada Mei 2024. Angka ini lebih rendah dari perkiraan pasar yang berada di 3,1%. Inflasi inti AS juga menurun menjadi 3,3% yoy dari 3,4% pada bulan sebelumnya.
Penurunan inflasi ini meningkatkan ekspektasi pasar akan pemangkasan suku bunga oleh bank sentral AS, The Fed. Survei CME FedWatch Tool menunjukkan probabilitas sebesar 84% bahwa pemangkasan suku bunga akan terjadi pada September 2024, naik dari 68% pada hari sebelumnya. Sentimen ini memberikan angin segar bagi pasar saham global, termasuk IHSG.
Jika data inflasi dan ekonomi AS terus menunjukkan tanda-tanda pendinginan, serta era suku bunga tinggi benar-benar berakhir, sektor-sektor yang sebelumnya terbebani oleh suku bunga tinggi seperti properti, konstruksi, dan farmasi diperkirakan akan mengalami kebangkitan. Ini akan memberikan dampak positif bagi IHSG dalam jangka panjang.
Dalam keterangan tertulis yang dikutip Jumat (12/07) kemarin, analis Phintraco Sekuritas, Valdy Kurniawan, mengungkapkan bahwa indikator MACD yang menunjukkan penyempitan positive slope mengindikasikan potensi pelemahan.
Jika IHSG mampu bertahan di atas level 7.300, maka ada peluang untuk menguat menuju resistance level 7.350. Namun, jika tidak mampu bertahan di atas level tersebut, IHSG bisa melemah ke level 7.250.
Dari sisi global, pasar menantikan rilis data Core Producer Price Index (PPI) di Amerika Serikat yang menjadi acuan inflasi pada tingkat produsen. Data ini diperkirakan akan naik menjadi 2,5% pada Juni 2024 dari 2,3% di Mei 2024.
Valdy menambahkan, peningkatan Core PPI ini berpotensi mengurangi peluang pemangkasan suku bunga oleh The Fed pada bulan September.
“Menurut jajak pendapat dari CME FedWatch Tools, peluang pemangkasan suku bunga The Fed pada September 2024 saat ini berada di angka 70 persen,” jelas Valdy.
Selain itu, pasar regional juga menunggu rilis data Neraca Perdagangan China yang diperkirakan tumbuh menjadi USD85 miliar pada Juni 2024 dari USD82,62 miliar di Mei 2024. Nilai ekspor China diproyeksikan meningkat menjadi 8% pada Juni 2024, sementara nilai impor diperkirakan naik menjadi 2,8%. Data-data ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan pasar terhadap pemulihan ekonomi China.