KabarMakassar.com — Masyarakat suku adat Kajang, yang dikenal sebagai salah satu suku tertua di Indonesia, bermukim di Desa Tana Toa, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.
Hidup dalam kesederhanaan dan bergantung penuh kepada alam, masyarakat suku Kajang dikenal dengan ciri khas berpakaian serba hitam dan tidak memakai alas kaki dalam keseharian mereka.
Pakaian adat suku Kajang terbilang unik dengan hanya mengenal satu warna, yaitu hitam. Warna hitam melambangkan persamaan dalam segala hal dan menjadi simbol kesederhanaan. Dalam kepercayaan mereka, tidak ada warna hitam yang lebih baik dari yang lainnya karena semua hitam dianggap sama.
Selain dikenal dengan pakaian serba hitam, suku adat Kajang juga terkenal dengan makanan khasnya, Dumpi Eja, yang lebih dikenal dengan sebutan Kue Merah.
Dumpi Eja merupakan kue yang wajib ada saat acara ritual adat, pesta adat, maupun pesta pernikahan. Kue ini menjadi hidangan penting dalam setiap acara suku Kajang dan juga dianggap sebagai kue sakral yang wajib disertakan dalam seserahan pernikahan.
Nursiah, seorang warga Kajang, menyatakan bahwa Dumpi Eja wajib ada dalam setiap pesta pernikahan, acara tujuh bulanan, ataupun ritual adat lainnya. Kue ini, dengan rasa manisnya, diyakini melambangkan manisnya cinta dan kasih sayang pengantin.
Dumpi Eja biasanya dibuat dalam jumlah besar, minimal 10 hingga 15 kilogram adonan, karena selain untuk disajikan, kue ini juga menjadi pelengkap seserahan wajib dalam pernikahan, yang dikemas dalam baskom besar atau yang biasa disebut “Baku Puli” oleh warga Kajang.
Proses pembuatan Dumpi Eja biasanya dilakukan secara bersama-sama oleh warga Kajang. Dalam acara adat atau pesta pernikahan, para wanita duduk berjejer hingga puluhan orang untuk menggoreng Dumpi Eja bersama-sama. Tradisi ini tidak hanya mempermudah pekerjaan tetapi juga mempererat silaturahmi di antara warga.
Proses pembuatan Dumpi Eja dimulai dengan merendam beras ketan dalam air selama 5 hingga 10 jam. Setelah ditiriskan, beras tersebut digiling hingga menjadi tepung yang halus. Tepung ini kemudian dicampur dengan gula merah yang telah disisir halus, diaduk merata, dan ditambahkan air secara bertahap hingga adonan membentuk bulatan yang kenyal dan sempurna. Adonan kemudian didiamkan hingga benar-benar menyatu tanpa serat dan diberi wijen secukupnya sebelum digoreng.
Dumpi Eja memiliki tekstur yang lembut dan kenyal dengan rasa khas yang dominan dari gula aren. Kue ini sangat cocok disantap bersama kopi, menggantikan gula pasir dalam kopi hitam. Dumpi Eja juga bisa dibawa pulang sebagai oleh-oleh karena kue ini bisa tahan hingga berminggu-minggu dan tetap kenyal serta lembut jika dipanaskan sebelum disajikan.
Dumpi Eja bukan hanya sekadar kue, tetapi juga merupakan bagian dari tradisi dan identitas suku Kajang, mencerminkan nilai-nilai kebersamaan, kesederhanaan, dan kearifan lokal yang dijunjung tinggi oleh masyarakat adat ini.