kabarbursa.com
kabarbursa.com

Investor Asing Borong Saham, IHSG Naik 0,62 Persen

IHSG Koreksi Pagi Ini, Imbas Sentimen Korea Selatan
Ilustrasi saham (Dok : Kabarmakassar).
banner 468x60

KabarMakassar.com — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan performa yang kuat hingga akhir perdagangan sesi pertama pada Rabu (26/06) kemarin, Pada pukul 12:00 WIB, IHSG tercatat menguat 0,62% dan berada di posisi 6.925,67, kembali menembus level psikologis 6.900.

Per Selasa (25/06) kemarin tercatat, nilai transaksi sebesar Rp27,18 triliun dengan volume perdagangan sebanyak 23,47 miliar saham. Sebanyak 241 saham naik, 308 turun, dan 234 stagnan.

Pemprov Sulsel

Sementara itu, investor asing terpantau melakukan pembelian bersih jumbo, sebesar Rp7,96 triliun di seluruh pasar dan sebesar Rp8,69 triliun di pasar negosiasi dan tunai. Di samping itu, investor asing juga melakukan penjualan bersih sebesar Rp737,43 miliar di pasar reguler.

Akan tetapi peru diketahui transaksi pembelian jumbo asing disebabkan oleh crossing di saham Amman Mineral Internasional (AMMN). Direktur Utama Alexander Ramlie memindahkan saham senilai Rp17,44 triliun sebagai bagian dari rencana penetapan waris, estate planning.

Sementara itu, di luar trasaksi tersebut, asing tercatat memborong saham-saham berikut ini:

1. PT Chandra Asri Pacific Tbk. (TPIA) – Rp56,5 miliar

2. PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) – Rp40,6 miliar

3. PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) – Rp40,4 miliar

4. PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) – Rp16,1 miliar

5. PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) – Rp14,1 miliar

6. PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) – Rp11,7 miliar

7. PT MD Pictures Tbk. (FILM) – Rp11,6 miliar

8. PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO) – Rp9,0 miliar

9. PT Elnusa Tbk. (ELSA) – Rp6,9 miliar

10. PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk. (CUAN) – Rp5,4 miliar

Bursa Efek Indonesia (BEI) mengatakan, saham-saham dengan nilai net sell asing terbesar turut membebani kinerja Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG dalam beberapa waktu terakhir. Berdasarkan data (1 Mei – 19 Juni 2024), top 10 saham-saham dengan nilai net sell asing terbesar, yakni Bank Mandiri (BMRI), Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Bank Central Asia (BBCA), Bank Negara Indonesia (BBNI), dan Telkom Indonesia (TLKM).

Selain itu, ada juga Semen Indonesia (SMGR), Astra International (ASII), Sarana Menara Nusantara (TOWR), United Tractors (UNTR), dan Triputra Agro Persada (TAPG).

Top 10 saham-saham dengan nilai net sell asing terbesar, yakni, BMRI, BBRI, BBCA, BBNI, TLKM, SMGR, ASII, TOWR, UNTR, dan TAPG yang secara total berkontribusi cukup signifikan terhadap penurunan IHSG pada periode tersebut.

Ada beberapa hal yang turut mendorong penurunan IHSG dan aksi jual asing, seperti sikap hawkish The Fed yang menyebabkan kenaikan imbal hasil (yield) obligasi Amerika Serikat (AS) dan sekaligus memberikan tekanan kepada negara-negara emerging market, termasuk Indonesia.

Kemudian, konflik geopolitik di Timur Tengah yang berkepanjangan. Lalu, mata uang rupiah yang masih terdepresiasi sebesar 5,68 persen (ytd) hingga Rabu (19 Juni 2024). Disamping itu, tingkat suku bunga BI yang masih relatif tinggi di Indonesia, dan berimplikasi pada kenaikan yield instrumen pendapatan tetap juga berdampak pada aksi jual saham oleh asing..

Rilis data-data ekonomi domestik juga mempengaruhi sentimen pasar, seperti defisit transaksi berjalan RI yang mengalami kenaikan dari 1,1 miliar dollar AS menjadi 2,2 miliar dollar AS pada kuartal I-2024.

Kemudian, Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur RI turun dari 52,9 menjadi 52,1 pada Mei 2024, dan Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) RI turun dari 127,7 menjadi sebesar 125,2 pada Mei 2024. Faktor-faktor lainnya, seperti peningkatan kepemilikan investor terhadap instrumen-instrumen lain seperti SBN, SBSN, dan SRBI, penurunan peringkat saham Indonesia oleh Morgan Stanley, volatilitas harga saham-saham tertentu juga berdampak pada aksi jual saham oleh asing.

Pada penutupan perdagangan awal pekan kemarin, Senin (24/06) IHSG menguat 0,13 persen ke level 6.889,16. Asing mencatatkan aksi beli sebesar Rp 1,15 triliun. Namun, dalam sebulan terakhir aksi jual bersih asing tercatat sebesar Rp12,2 triliun di pasar regional.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, utang jatuh tempo pada 2024 mencapai Rp434,29 triliun, sedangkan pada 2025 meningkat menjadi Rp800,33 triliun.

Kondisi ini menuntut pemerintah untuk menerbitkan obligasi dalam jumlah besar, yang dapat menyebabkan harga Surat Berharga Negara (SBN) turun dan imbal hasil naik, serta berdampak negatif pada nilai tukar rupiah dan pergerakan IHSG.

Sepanjang tahun ini, berdasarkan data setelmen hingga 20 Juni 2024, investor asing tercatat melakukan jual neto sebesar Rp42,10 triliun di pasar SBN, Rp9,35 triliun di pasar saham, dan beli neto sebesar Rp117,77 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Meskipun begitu, investor mulai kembali memburu saham di Indonesia pada hari ini, menyebabkan IHSG menguat hingga akhir sesi pertama. Namun, saham-saham anggota indeks unggulan LQ45 dan MSCI Indonesia mengalami penurunan sejak awal tahun hingga pekan terakhir Juni 2024. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), per 25 Juni, IHSG terkoreksi sebesar 6,02% secara year to date (YTD), Indeks LQ45 turun 12,02%, dan MSCI Indonesia turun 11%.

Indeks LQ45 terdiri dari 45 saham unggulan yang paling likuid di BEI, sementara MSCI Indonesia adalah indeks buatan Morgan Stanley yang mencakup 22 saham berkapitalisasi besar dan menengah, mencakup 85% pasar saham Indonesia.

Saham-saham anggota LQ45 yang mengalami penurunan tajam antara lain Bank Rakyat Indonesia (BBRI) turun 23,67%, Bank Mandiri (BMRI) turun 2,48%, Telkom Indonesia (TLKM) turun 24%, Astra International turun 22%, dan Bank Negara Indonesia (BBNI) turun 17%. Saham non-bank seperti PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) turun 40,70%, dan Barito Pacific (BRPT) turun 27%.

Saham-saham dengan bobot besar pada indeks LQ45 di antaranya BBRI dengan bobot 15%, BMRI 13,26%, AMMN 5,85%, BBNI 4,21%, Bank Central Asia (BBCA) 15%, TLKM 8,03%, GOTO 2,76%, dan BRPT 1,44%. Sementara itu, bobot terbesar di MSCI Indonesia di antaranya BBCA 27,89%, BBRI 16,09%, BMRI 11,97%, TLKM 7,81%, Astra International (ASII) 4,72%, AMMN 4,28%, BBNI 3,57%, dan GOTO 2,97%.