KabarMakassar.com — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil bangkit lebih dari 1% pada sesi perdagangan pertama hari Senin (3/6), setelah mengalami penurunan beruntun selama tiga hari pada pekan lalu yang membuatnya turun di bawah level psikologis 7.000.
Hingga pukul 10:33 WIB, IHSG melesat 1,07% ke posisi 7.045,53. Kenaikan ini mengembalikan IHSG ke atas level 7.000, setelah sebelumnya ditutup pada level 6.900 pada Jumat pekan lalu.
Volume transaksi IHSG pada sesi pertama mencapai 6,4 miliar lembar saham dengan nilai transaksi sekitar Rp 4,05 triliun, dan total 381.317 kali transaksi. Sektor kesehatan menjadi penopang terbesar, dengan peningkatan sebesar 1,4%.
Saham perbankan raksasa, yang sebelumnya menjadi penekan IHSG, kini berperan sebagai penopang utama. Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) mencatat kontribusi terbesar dengan 19 indeks poin. Saham lainnya yang turut mendukung kenaikan IHSG termasuk Bank Mandiri (BMRI) dengan 18,5 indeks poin, Astra International (ASII) dengan 8,3 indeks poin, Sumber Alfaria Trijaya (AMRT) dengan 6,6 indeks poin, dan Bank Negara Indonesia (BBNI) dengan 5,9 indeks poin.
Kembalinya IHSG ke zona positif didorong oleh sentimen global yang membaik, terutama setelah rilis data inflasi konsumsi pribadi (PCE) Amerika Serikat (AS) untuk periode April 2024 yang tumbuh sesuai dengan prediksi pasar. Data inflasi PCE tahunan berada di 2,7%, sama seperti bulan sebelumnya dan sesuai ekspektasi pasar. Sementara itu, inflasi inti PCE tetap di 2,8% tahunan, juga sesuai dengan harapan pasar.
Peningkatan keyakinan konsumen AS setelah tiga bulan penurunan dan membaiknya kondisi manufaktur yang tercermin dari PMI Manufaktur AS Global S&P yang naik menjadi 50,9 pada Mei 2024 dari 50 pada bulan April, juga memperkuat sentimen positif.
Dengan data ekonomi yang solid, keyakinan pasar bahwa Federal Reserve akan menurunkan suku bunga dua kali tahun ini berkurang, dengan kemungkinan hanya satu kali penurunan pada pertemuan 18 September 2024 sebesar 25 basis poin menjadi 5,00 – 5,25%.
Dari dalam negeri, perhatian pelaku pasar juga tertuju pada rilis data inflasi Mei 2024 yang diproyeksikan melandai. Penurunan harga sejumlah barang pokok pasca Lebaran Idul Fitri serta melemahnya permintaan menjadi faktor utama yang diprediksi akan menekan inflasi bulan Mei.
Secara keseluruhan, kombinasi sentimen positif dari data inflasi AS yang sesuai harapan dan proyeksi inflasi domestik yang melandai memberikan dorongan bagi IHSG untuk rebound setelah mengalami tekanan di pekan sebelumnya.