kabarbursa.com
kabarbursa.com
News  

Mengenal Tari Songko’na To Bone yang Menceritakan Pembuatan Peci dari Lontar

Mengenal Tari Songko'na To Bone yang Menceritakan Pembuatan Peci dari Lontar
(Dok : Andini)
banner 468x60

KabarMakassar.com — Sulawesi Selatan memiliki ragam kebudayaan yang mencakup seni hingga kebiasaan-kebiasaan yang diwariskan oleh para leluhur. Salah satu warisan budaya tersebut adalah seni tari, seperti Tari Songko’na To Bone.

Tarian ini menceritakan proses pembuatan Songko’na To Bone atau peci khas asal Bone yang terbuat dari bahan baku pohon lontar.

Pemprov Sulsel

Luasnya lahan pertanian di Kabupaten Bone membuat pohon lontar tumbuh subur di atas pematang sawah dan membuat pohon lontar digunakan sebagai bahan baku pembuatan Songko’ To Bone.

Songko’ To Bone atau biasa disebut Recca telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Nusantara Tak Benda (Intangible) pada tahun 2018.

Tarian ini menjelaskan proses Songko’ Recca berbahan baku serat pelepah lontar yang diolah kemudian dibentuk dan dianyam hingga menjadi sebuah peci khas Suku Bugis Bone.

Diawali dengan pelepah daun lontar dengan cara dipukul-pukul (dalam bahasa Bugis : direcca-recca) pelepah daun lontar tersebut hingga yang tersisa hanya seratnya.

Serat ini biasanya berwarna putih, akan tetapi setelah dua atau tiga jam kemudian warnanya berubah menjadi kecoklat-coklatan. Untuk mengubah menjadi hitam maka serat tersebut direndam dalam lumpur selama beberapa hari.

Serat tersebut kemudian dipilah dan serta yang diambil untuk digunakan adalah serat yang halus untuk menghasilkan anyaman peci yang halus dan sebaliknya.

Serat kemudian dianyam menjadi songkok menggunakan acuan yang disebut Assareng yang terbuat dari kayu nangka kemudian dibentuk sedemikian rupa sehingga menyerupai songkok.

Tarian Songko’na To Bone merupakan sebuah artikulasi artistik sekaligus upaya pelestarian identitas yang sumber idenya berakar dari proses pembuatan Songko’ Recca yang diwariskan para leluhur.

Tarian ini umumnya dibawakan oleh 8 orang penari yang diiringi dengan musik tradisional.

Dalam konteks ekologi, tarian ini sebagai pemantik kesadaran tentang aspek lingkungan hidup dan kebudayaan di masa depan.