KabarMakassar.com — Kepala Kantor Wilayah Bank Indonesia (BI) Sulawesi Selatan (Sulsel), Rizki Ernadi Winanda, menyebut inflasi Sulsel tercatat sebesar 0,15% month-to-month (mtm) atau 2,61% year-on-year (yoy).
Secara kumulatif sejak awal tahun (year-to-date/ytd), inflasi mencapai 1,20%, sedikit melampaui target yang ditetapkan sebesar 1,16% ytd.
“Beras menjadi kontributor signifikan inflasi dalam tiga bulan pertama tahun ini, dengan andil sebesar 0,6% yoy pada April 2024,” katanya.
Beberapa komoditas lain pendorong utama inflasi bulan April adalah tomat, emas perhiasan, bawang merah, udang, dan cumi-cumi.
Secara regional, lajut Rizki, inflasi tertinggi pada April terjadi di Palopo, yang mencatat angka 0,74% mtm. Sebaliknya, Makassar mencatat inflasi terendah dengan hanya 0,05% mtm.
Rizki menegaskan bahwa target inflasi untuk tahun 2024 adalah 2,5% ± 1% yoy.
“Kami terus melakukan berbagai upaya untuk mengendalikan inflasi guna mencapai sasaran tersebut,” ujar Rizki.
Lebih lanjut, Rizki membagikan beberapa tantangan dalam menghadapi inflasi, diantaranya adanya potensi penurunan produksi beras di tahun 2024 terkait kondisi cuaca ekstrim.
Di sisi lain, penyerapan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) baru terlaksana di 9 kab/kota. Penurunan produktivitas Ikan Bandeng sebagai salah satu penyumbang inflasi Sulsel yang dapat mendorong peningkatan inflasi.
Potensi peningkatan harga komoditas sejalan dengan tingginya outflow komoditas asal Sulsel ke daerah lain, serta imported inflation yang berasal dari kenaikan harga komoditas seperti minyak sawit dan minyak WTI, dapat berdampak pada peningkatan harga komoditas turunan seperti minyak goreng, sabun, hingga material konstruksi.