KabarMakassar.com — Kabupaten Jeneponto kini sudah memasuki usia ke-161, angka yang hampir kurang lebih 1 abad. Bahkan berbagai pencapaian pun diperoleh Butta Turatea hingga polemik yang masih menjadi persoalan ditengah-tengah Masyarakat.
“Iya jadi 161 ini sebagai simbol bahwa Jeneponto ini sebagai daerah yang sudah melakukan kegiatan-kegiatan pembangunan yang lebih dari satu abad, nah oleh karena itu, pencapaian bukanlah hal yang mudah dan sekaitan dengan harapan saya agar bagaimana Jeneponto ini bisa menjadi salah satu daerah yang saya katakan bisa jadi lokomotif perekonomian selatan di Sulawesi Selatan,” ujar Pj Bupati Jeneponto, Junaedi Bakri.
Ia menyebut, hal tersebut didasari oleh, Sumber Daya Alam (SDA) yang sangat sempurna, mulai pesisir hingga dataran tinggi di Puncak Rumbia. Namun, kata dia, potensi Sumber Daya Alam (SDA) hingga kini belum mampu dioptimalkan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.
“Karena kalau kita berbicara angka, angka kemiskinan kita masih berada 2 digit, kemudian Indeks Pembangunan Manusia masih berada di urutan terakhir dari seluruh kabupaten/ Kota di Sulawesi Selatan. Kemudian pertumbuhan ekonomi kita juga menjadi salah satu daerah di sulawesi Selatan dengan pertumbuhan ekonomi yang masih rendah,” timpalnya.
Oleh karena itu, terkait potensi dan kondisi fakta dari data-data tersebut, Junaedi berharap Hari Jadi ke-161 ini menjadi sebuah spirit besar, sebuah penyemangat A’bulo Sibatang bagi seluruh komponen dan stakeholder yang berada di Kabupaten Jeneponto untuk memajukan daerah melalui optimalisasi penempatan Sumber Daya Alam untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat sehingga dapat diwujudkan.
Nah, dalam kondisi ini diperlukan keberpihakan Pemerintah Daerah secara proporsi. Contohnya saja kata dia, di sektor pertanian.
“Ya Petanilah yang memberikan banyak kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Nah oleh karena itu, saya selaku pejabat Jeneponto kurang lebih setahun disini ya diberikan amanah untuk menjabat maka saya akan atensi khusus, bagaimana petani, bagaimana usaha mereka bisa berlangsung dengan baik. Minimal memberikan jaminan kepastian dengan bertani di Jeneponto kita bisa sejahtera, bisa menyekolahkan anak kita, kita juga bisa sejajar dengan daerah-daerah lain yang ada di Sulawesi Selatan ini. Sebab pertanian di Jeneponto lebih terfokus ke pertanian pangan,” cetus Junaedi.
“Saya biasa katakan krisis pangan ini bukan lagi sebuah ancaman akan tetapi ini sudah menjadi fakta. Ya kalau kita berbicara data, sekitar 800 ribu jiwa dari kurang lebih 8 milyar penduduk bumi ini itu setiap malam dalam kondisi perut lapar. Ini menjadi peluang kita di Jeneponto karena potensi pertanian kita sangat luas untuk kita benahi dan tingkatkan produksi dan produktifitasnya,” sambungnya.
Untuk mencegah hal tersebut terjadi, maka Junaedi menyebut sejumlah masalah klasik harus segera diselesaikan sedini mungkin. Misalnya saja, langkanya benih, pupuk dan harga anjlok dikala panen raya dilakukan.
“Satu persatu kita akan selesaikan. Misalnya saja benih padi, kemarin kan sudah saya menerima salah satu penangkar benih di Kecamatan Arungkeke bahwa mereka sudah memproduksi benih padi varietas membramo. Tentunya dengan memproduksi sendiri saya yakin lebih cocok dengan lahan yang ada di Jeneponto,” cetusnya.
Kemudian, masalah pupuk langka juga menjadi persoalan klasik. Tetapi Junaedi berpikir masalah ini ada karena lemahnya koordinasi antara semua pihak terkait.
“Makanya saya lagi memikirkan bagaimana kita bangun system database terpadu sehingga tidak perlu lagi setiap saat ketika dibutuhkan luas lahan dan kebutuhan pupuk di Jeneponto harus dilakukan dengan pencarian data mengkonversi data yang sudah ada. Kemudian harga anjlok disaat panen raya padi, jagung tiba kita sudah koordinasikan dengan maksimal,” jelasnya.
Selain itu, Junaedi juga berharap di Hari Jadi ke-161 Kabupaten Jeneponto ini memberikan atensinya terhadap fasilitas-fasilitas publik. Misalnya saja infrastruktur jaringan jalan, penanganan persampahan, penanganan lampu jalan yang sudah tidak optimal berfungsi itu akan kami atensi khusus.
Sehingga, Junaedi bermimpi 5 tahun ke depan, siapa pun yang menahkodai Jeneponto lebih berpihak kepada petani karena petani merupakan kontributor besar dalam pertumbuhan ekonomi di Jeneponto.
“Sederhananya begini, ketika petani sejahtera, pajak retribusi pemerintah tidak akan sibuk mengurusinya karena petani secara otomatis dapat mandiri bisa menyelesaikan kewajibannya. Bahwa sumber dana pemerintah kan berasal dari dana transfer pemerintah pusat, kita tidak ada juga sumber dana lain kecuali pajak dan retribusi debgan daerah terluas dari daerah tetangga seperti bantaeng, takalar Jeneponto ini lebih luas dan saya yakin kita bisa lebih tibggi dari Pendapatan Aset Daerah (PAD) tersebut. Namun faktanya hingga saat ini daerah lain jauh lebih tinggi,” tutupnya.