kabarbursa.com
kabarbursa.com
News  

33 Quotes RA Kartini, Jadi Pengingat Para Wanita

33 Quotes RA Kartini, Jadi Pengingat Para Wanita
(Foto : Int).
banner 468x60

KabarMakassar.com — Raden Ajeng Kartini atau lebih dikenal dengan RA Kartini merupakan sosok pahlawan nasional yang memperjuangkan emansipasi perempuan.

Kartini sebagai pemimpin dalam gerakan emansipasi perempuan, terutama di kalangan perempuan Jawa. Seperti yang kita ketahui di masa saat itu perempuan dipandang sebelah mata dan bahkan dinilai tidak punya kuasa dan peran penting di masyarakat.

Pemprov Sulsel

Saat itulah Kartini, sepanjang hidupnya berani menyuarakan pendapatnya walau banyak serangan dan pandangan negatif di kalangan masyarakat saat itu. RA Kartini menjadi pionir dalam memperjuangkan hak-hak perempuan, yang pada masa itu tidak sejajar dengan hak-hak yang dimiliki oleh laki-laki.

Berikut ini Quotes RA Kartini yang dirangkum dari berbagai sumber. Serta beberapa sumber buku antaranya buku ‘Celoteh RA Kartini: 232 Ujaran Bijak Sang Pejuang Emansipasi’ oleh Ahmad Nurcholish (2018), dan buku 21 Quotes RA Kartini yang Inspiratif, ‘Habis Gelap Terbitlah Terang’ karya Armijn Pane.

33 Quotes RA Kartini

1. Janganlah kami coba dengan paksa mengubah adat kebiasaan negeri kami ini; bangsa kami yang masih seperti anak-anak itu, akan mendapat yang dikehendakinya, yang mengkilap bercemerlangan. Kemerdekaan perempuan tak boleh tidak akan datang juga; pasti akan datang jua, hanyalah tiada dapat dipercepat datangnya (Surat kepada Nyonya van Kol, 1 Agustus 1903).

2. Jangan biarkan kegelapan kembali datang, jangan biarkan kaum wanita kembali diperlakukan semena-mena.

3. Perempuan adalah pembawa peradaban.

4. Banyak hal yang bisa menjatuhkanmu, tapi satu-satunya hal yang benar dapat menjatuhkanmu adalah sikapmu sendiri.

5. Tahukah engkau semboyanku? ‘Aku mau’ Dua patah kata yang ringkas itu sudah beberapa kali mendukung dan membawa aku melintasi gunung keberatan dan kesusahan. Kata ‘Aku tiada dapat’ melenyapkan rasa berani. Kalimat ‘Aku mau’ membuat kita mudah mendaki puncak gunung.

6. Perempuan yang pikirannya telah dicerdaskan, pemandangannya telah diperluas, tak akan sanggup lagi hidup di dalam dunia nenek moyangnya.

7. Seorang guru bukan hanya sebagai pengasah pikiran saja, melainkan juga sebagai pendidik budi pekerti.

8. Tetapi apalah artinya pandai dalam ilmu yang hendak diajarkan itu, apabila ia tidak dapat menerangkan secara jelas kepada murid-murid.

9. Kita dapat menjadi manusia sepenuhnya, tanpa berhenti menjadi wanita seutuhnya.

10. Kami di sini memohon diusahakannya pengajaran dan pendidikan anak-anak wanita, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak wanita itu menjadi saingan laki-laki dalam hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya yang diserahkan alam (sunatullah) sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama.

11. Untuk sementara didiklah, berilah pelajaran kepada anak-anak perempuan kaum bangsawan: dari sinilah peradaban bangsa harus dimulai. Jadikanlah mereka ibu-ibu yang cakap, cerdas dan baik. Maka mereka akan menyebarluaskan peradaban di antaranya bangsanya.

12. Alangkah besar bedanya bagi masyarakat Indonesia bila kaum perempuan didik baik-baik. Dan untuk keperluan perempuan itu sendiri, berharaplah kami dengan harapan yang sangat supaya disediakan pelajaran dan pendidikan. Karena inilah yang akan membawa bahagia baginya.

13. Dan biarkan saya tiada beruntung sampai ke ujung jalan itu, meskipun patah di tengah jalan, saya akan amati dengan rasa berbahagia, karena jalannya sudah terbuka dan saya ada turut membantu mengadakan jalan yang menuju ke tempat perempuan bumiputra merdeka dan berdiri sendiri.

14. Ia tidak wajib patuh kepada siapapun, siapapun juga, kecuali terhadap suara batinnya, hatinya.

15. Bila golongan atas sudah berpendidikan, maka pendidikan seluruh bangsa hanya soal waktu saja.

16. Teruslah bermimpi, teruslah bermimpi, bermimpilah selama engkau dapat bermimpi! Bila tiada bermimpi, apakah jadinya hidup! Kehidupan yang sebenarnya kejam.

17. Jangan mengeluhkan hal-hal buruk yang datang dalam hidupmu. Tuhan tak pernah memberikannya. Kamulah yang membiarkannya datang.

18. Tiada awan di langit yang tetap selamanya. Tiada mungkin akan terus-menerus terang cuaca. Sehabis malam gelap gulita lahir pagi membawa keindahan. Kehidupan manusia serupa alam.

19. Jangan pernah menyerah jika kamu masih ingin mencoba. Jangan biarkan penyesalan datang karena kamu selangkah lagi untuk menang.

20. Dari pada mati itu akan tumbuh kehidupan baru. Kehidupan baru itu tiada dapat ditahan-tahan, dan meskipun sekarang dapat juga ditahan-tahan, besoknya akan tumbuh juga dia, dan hidup makin lama makin kuat makin teguh.

21. Bernyala-nyala hati saya, gembira akan zaman baru, ya, malahan bolehlah saya katakan, menilik pikiran dan rasa, saya tiada serasa dengan zaman di Hindia ini, melainkan saya telah hidup di zaman saudara saya perempuan bangsa kulit putih yang giat hendak kemajuan, di Barat yang jauh itu.

22. Akan datang juga kiranya keadaan batu dalam dunia Bumiputra; kalau bukan oleh karena kami, tentu oleh karena orang lain.

23. Sudah jauh dan lama sangat kami mencari, dan kami tiada tahu, amat dekatnya, senantiasa pada kami barang yang kami cari itu, ada di dalam diri kami sendiri.

24. Gadis yang pikirannya sudah dicerdaskan, pemandangannya sudah diperluas, tidak akan sanggup lagi hidup di dalam dunia nenek moyangnya.

25. Perbuatan saya itu akan lebih banyak menarik hati orang sebangsa saya daripada seribu kata ajakan yang gembira-gembira.

26. Bayangkan! Sekolah tanpa anak, guru tanpa murid.

27. Wahai jiwa rakyatku, aslinya nan indah, agung, lembut, bertakwa – dan berendah hati – apakah yang terjadi dengan kau dalam abad-abad yang datar dan menjemukan ini?

28. Tetapi apalah artinya pandai dalam ilmu yang hendak diajarkan itu, apabila ia tidak dapat menerangkan secara jelas kepada murid-murid.

29. Memang ada juga gadis-gadis lain yang berpikir dan merasa seperti kami, dan ingin sekali mematahkan belenggu-belenggu yang diikatkan kepada mereka oleh adat dan agama. Namun, mereka juga terhenti sampai disitu saja. Belum ada yang melakukannya. ‘Belum ada yang berani mulai’ Padahal harus ada satu yang mulai.

30. Banyak hal yang bisa menjatuhkanmu. Tetapi satu-satunya hal yang benar-benar dapat menjatuhkanmu adalah sikapmu sendiri.

31. Bila golongan atas sudah berpendidikan, maka pendidikan seluruh bangsa hanya soal waktu saja.

32. Terkadang, kesulitan harus kamu rasakan terlebih dulu sebelum kebahagiaan yang sempurna datang kepadamu.

33. Bukan hanya suara-suara dari luar dari Eropa yang sampai kepada saya, yang menyebabkan saya ingin mengubah keadaan sekarang ini. Sejak masih kanak-kanak, ketika kata ‘emansipasi’ belum mempunyai arti apa-apa bagi saya dan tulisan-tulisan mengenai itu masih jauh dari luar jangkauan saya, dalam hati saya sudah timbul keinginan yang kian lama kian besar. Keinginan kepada kemerdekaan, kebebasan, dan untuk berdiri sendiri. Keadaan di sekitar saya, yang menghancurkan hati saya, dan membuat saya menangis dalam kesedihan yang tak terhingga, telah membangktikan keinginan itu.