kabarbursa.com
kabarbursa.com
News  

Pakar Sosiolog Untirta Menakar Plus Minus Deretan Figur Calon Bupati Jeneponto

Pakar Sosiolog Untirta Menakar Plus Minus Deretan Figur Calon Bupati Jeneponto
Pakar Sosiolog, Prof. Dr. Suwaib Amiruddin (Ullah/KM).
banner 468x60

KabarMakassar.com — Jelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) secara serentak pada Rabu 27 November 2024 mendatang, sejumlah kandidat Calon Kepala Daerah di Kabupaten Jeneponto mulai mencuat ke permukaan.

Mereka adalah, H. Muhammad Sarif Kr. Patta, H. Paris Yasir, Syamsuddin Karlos dan ada pula Ashari Fakhsirie Radjamilo.

Pemprov Sulsel

Dari sekian deretan nama diatas, Pakar Sosiolog, Prof. Dr. Suwaib Amiruddin mengatakan untuk mengulik daftar calon tersebut, masing-masing memilki plus minus.

Pertama kata dia, ada Paris Yasir, berdasarkan hasil analisis datanya sejauh ini, Prof Dr. Suwaib mengemukakan Paris Yasir merupakan figur yang cukup berpengalaman.

Apalagi Dia pernah menjabat sebagai Wakil Bupati Jeneponto mendampingi Iksan Iskandar pada periode 2019-2023.

Apabila digambarkan secara garis besar, paling tidak, Paris Yasir tahu persis dimana letak potensi yang dimiliki Butta Turatea yang harus dikembangkan.

Namun dari segi pengalaman tersebut, tak cukup bagi Paris Yasir untuk membuktikan kapasitasnya sebagai Wakil Bupati pada saat itu.

” Nah masalahnya ya, apa dengan kelebihan itu, apakah beliau sudah berbuat selama ini. Kan itu juga pasti masih menjadi tanda tanya gitu kan,” Kata Prof. Dr. Suwaib Amiruddin kepada Tim Kabarmakassar.com belum lama ini.

Disisi lain, Paris Yasir juga merupakan seorang Ketua Partai bersama Bupati Iksan Iskandar yang memimpin Partai Golkar. Dengan kondisi seperti itu, maka akan memicu perpecahan kongsi.

” Dan akhirnya begini, kepentingan politik jauh lebih dikedepankan dari pada kepentingan membangun. Akhirnya dia mundur dengan situasi apa yang sudah dijalankan Bupati dan akhirnya masing-masing bersolo karir, bupati jalan apa wakilnya juga berjalan apa,” cetus Dosen Fisip Untirta Banten ini.

Nah, deretan nama lainnya ada Ashari Faksirie Radjamilo. Apabila Kita melihat AFR juga pernah duduk di birokrasi di Jeneponto lalu pindah ke Provinsi Sulawesi Selatan.

“Pertanyaannya Ada apa nih? Ini artinya jangan sampai juga haus kekuasaan, ya kan atau jangan sampai mau apa? Apakah memang membangun Jeneponto atau memang hanya mencari posisi strategis gitu. Ya seharusnya sih beliau kalau mau mestinya stay di Jeneponto saja,” imbuhnya.

Meski begitu, Prof. Dr Suwaib tetap menilai AFR salah seorang tokoh yang harus diperhitungkan saat ini. Sebab, AFR merupakan tokoh muda yang memiliki jangkauan luas. Bahkan pernah menjadi kepala dinas di Jeneponto hingga menjadi kepala dinas di Provinsi Sulsel sehingga juga mempunyai kemampuan untuk memanage dari segia aspek dinas tertentu.

Sementara itu, untuk figur seperti Syamsuddin Karlos, Suwaib menyebut beliau juga mempunyai kemampuan membangun image serta mampu membangun opini.

Tetapi untuk melihat itu secara kasat mata, Suwaib menilai beliau belum bisa membumikan apa yang menjadi programnya selama ini. Meski pun pernah menjadi Anggota DPRD Provinsi Sulsel.

Lantas, apakah modal suara yang diraihnya selama ini sudah ada segi pemetaan-pemetaan pembangunan yang dilakukannya selama menjadi anggota DPRD?

Menurutnya, sebagai Anggota DPRD di Provinsi Sulawesi Selatan harus mempunyai pekerjaan dimana-mana saja. Namun sejauh ini Warga Jeneponto dinilai belum pernah merasakan hal itu.

“Apakah Syamsuddin Karlos selama menjabat sebagai Legislator sudah mengimplementasikan hal itu di Jeneponto gitu. Nah, kalau saya melihat beliau ini kan hanya besar sebagai politisi saja,” terang Pria Kelahiran Gantarang 1 Mei 1974 ini.

Lain halnya dengan H. Muhammad Sarif Kr. Patta, sebab, Ia menilai bahwa beliau mampu bermain di dua sisi yakni, birokrasi dan politisi.

Menurut Dia, cuman beliau lah yang didorong karena memiliki kemampuan administratif yang memang dikuasai kemudian secara politik juga beliau memiliki kemampuan itu.

Apabila kedua sisi ini sudah dilakukan kemudian membangun Kabupaten Jeneponto maka dapat dipastikan akan berkontribusi dalam kegiatan- kegiatan kemasyarakatan.

“Ya buktinya ini ya, Beliau selama menjadi Sekda itu kan birokrasi berjalan dengan baik, kemudian di DPRD Provinsi juga ada hal dilakukan di jeneponto gitu, dan saya rasa Jeneponto harus dipegang dengan 2 kemampuan itu,” cetusnya.

Alasannya apa kata dia, birokrasi dengan politisi dinilai mampu berakselerasi untuk membangun peradaban pembangunan kita.

Terlebih lagi, H. Muhammad Sarif juga mampu bermain di politik. Dimana ia berhasil membawa Partai PKB mendudukkan Calegnya di sejumlah Dapil.

“Lumayan besar disini ya dan satu di administrasi dan menurut pandangan Saya itu sebuah kecanggihan ya. Baru pemikirannya bagus gitu,” urainya.

Namun dari segi pandangan tersebut, semuanya tetap kembali kepada pemilih. Apakah mereka cerdas atau tidak.

“Ya kalau dari segi kelebihan empat tokoh di atas masing-masing memiliki kemampuan dari segi pengelolaan isu ya, tetapi kalau dari segi kinerja belum bisa kita ukur karena belum ada yang jadi bupati,” imbuh Prof Dr Suwaib Amiruddin.