KabarMakassar.com — Pakar Sosiolog, Prof. Dr. Suwaib Amiruddin melakukan tracking sejumlah figur calon Pemimpin di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan.
Suwaib menyebut sejumlah figur saat ini sudah bermunculan di tengah-tengah publik, diantaranya adalah H. Muhammad Sarif Kr. Patta, Syamsuddin Karlos, Paris Yasir serta ada pula Ashari Fakhsirie Radjamilo.
Namun untuk mendorong sosok calon pemimpin ke depan, semua figur harus memiliki sejumlah syarat yang patut diperhitungkan oleh pemilih.
Menurutnya, syarat itu adalah pernah menjadi pejabat birokrasi sekaligus sebagai seorang politisi.
“Kalau kita melihat tokoh-tokoh yang hadir saat ini yakni kita mendorong calon yang pernah duduk di birokrasi maupun politisi karena itu lebih jauh punya kemampuan untuk menganalisis bagaimana birokrat itu harus bekerja,” ujar Dosen Fisip Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten ini saat dikonfirmasi Tim Kabarmakassar.com via telepon, Jumat (15/3).
Dari segi pengalaman itu, mereka harus bekerja maksimal, sebab kata dia, selama ini birokrasi di Butta Turatea masih rancu dan seakan masih stagnan.
Karena menurutnya, situasi yang selama ini kerap terjadi di dunia birokrasi hanya menyelesaikan problem administrasi kantor saja tetapi persoalan dilapangan sulit diselesaikan.
“Karena gini, kita kalau ada calon kepala daerah terpilih itu jangan nongkrong di kantor saja tapi dia harus nongkrong di lapangan,” tandasnya.
Sosiolog yang pernah menjadi narasumber Pembanding di Debat Capres Kelima di TV One ini juga mengatakan sebagai birokrat harus memiliki libido atau common sains atau memiliki karakter pemikiran dan wawasan.
Dari karakter tersebut bagaimana menggerakkan birokrat untuk menyelesaikan persoalan Pemda bukan menyelesaikan persoalan administrasi saja.
Misalnya saja kata dia, bagi calon yang terpilih harus turun langsung di lokasi tersebut, melihat dan mendengar segala bentuk keluhan yang terjadi.
Kemudian yang kedua adalah politisi atau partai politik karena Partai Politik adalah salah satu jalan untuk berangkat dari sana.
Alasannya karena kebijakan Partai Politik tidak akan mampu berjalan dengan baik apabila tidak ada anggota di parlemen.
“Tentunya kita ini harus bermain di 2 kaki birokrat dengan parlemen itu. Jadi harus perlu itu,” jelasnya.
Sedangkan untuk sektor calon wakil Bupati, tentu Kita butuh sosok yang mudah bergaul, Nah yang bisa bergaul adalah aktivis yang mempunyai pengalaman membina suatu komunitas.
“Nah dia pernah duduk dalam satu kelompok pemerhati-pemerhati kemudian dia bisa menggerakkan masyarakat. Karena tugas wakil kepala daerah itu harus menggerakkan. Dan dia itu tidak masuk dalam struktur birokrasi dan politik tapi dia harus menjalankan pergaulan di masyarakat gitu atau berorganisasi,” cetus sang pakar.
Apabila aspek organisasi ini tak mampu dikuasai oleh Kepala Daerah dan wakilnya maka tidak akan bisa berjalan dengan baik lantaran tidak melibatkan semua sektor.
” jangan abaikan pemerhati-pemerhati itu karena bagaimana pun pemerhati itu adalah pemikir ya. Mereka adalah kelompok-kelompok yang berpikir tentang kemajuan sebuah daerah jadi harus disatukan dengan pemerintah daerah supaya sinkron kalau kita mau maju. Jadi kita butuh wakil yang mampu mengorganisir itu yang mempunyai kemampuan untuk memanage para kelompok itu,” terang Suwaib.
Tak hanya itu, pemimpin juga harus menjadi pengayom bagi masyarakat. Sebab kata Dia, warga Jeneponto didominasi dengan karakter keras.
“Pemimpin itu harus mampu mengayomi bukan hanya sekedar tepuk dada, jadi bagi calon bupati ini harus memiliki karakter Turatea, dalam arti kata Turatea bukan diatas melainkan sebagai payung atau pelindung bagi masyarakatnya,” imbuhnya.
Berdasarkan hasil analisis tersebut, para calon pemimpin tentunya harus memiliki karakter tersebut. Dan salah satu calon yang memiliki karakter tersebut adalah Ketua DPC Partai PKB Jeneponto.
” Ya secara kasat mata, karakter tersebut dimiliki oleh H. Muhammad Sarif Kr. Patta kan. Selain politisi, Dia juga seorang birokrat yang berpengalaman sekaligus memiliki karater pengayom di Masyarakat,” pungkas Suwaib.