KabarMakassar.com — Pj Bupati, Junaedi Bakri merasa kebingungan atas anjloknya harga jagung kuning (Hibrida) di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan.
Menurutnya, kebingungan itu berdasarkan sejak tidak adanya laporan yang masuk di daftar harga pangan strategis tingkat Konsumen melalui Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Sulawesi Selatan sejak periode 28 Februari 2024 lalu.
” Harga jagung tidak terlapor. Sejak ini tidak ada (Laporan),” imbuh Junaedi saat dikonfirmasi Kabarmakassar.com, (1/3) malam.
Alasannya, kata dia, laporan tersebut tak pernah dilaporkan oleh petugasnya.
“Petugas di pasar belum dapat data perubahan harga, karena masih naik turun,” katanya.
Padahal berdasarkan informasi Petani Jagung saat ini sedang merosot dikisaran harga Rp3.500 per kilogram.
Meski begitu, pihaknya akan segera mencari apa penyebabnya sehingga harga jagung anjlok.
“Kami akan cek di dinas terkait apa penyebabnya hingga anjlok,” tandasnya.
Setelah di cek, Pj Bupati Jeneponto Junaedi Bakri menyebut, berdasarkan laporan yang ia terima, penyebab harga jagung kuning turun lantaran dipengaruhi oleh kondisi kadar airnya.
“Harga per hari ini untuk kadar air 37% atau jagung basah Rp3000/kg. Untuk Jagung pipilan kering kadar air 18-20% harga Rp6.500/ kg,” jelasnya.
Ia pun mengklaim persoalan kadar airnya ini disebabkan karena curah hujan tinggi sehingga pihaknya berinisiatif mencari solusinya.
“Mungkin perlu dipikirkan drayer di Jeneponto Karena kadar air saya liat yang berpengaruh,” tutupnya.