KabarMakassar.com — Anies Baswedan sebagai Calon Presiden (Capres) nomor urut 1 menuturkan bahwa indeks demokrasi saat ini sedang menurun.
Hal itu disampaikan dalam sesi debat perdana Calon Presiden 2024, Selasa (12/12) malam.
Anies Baswedan mengungkapan bahwa demokrasi itu adanya kebebasan berbicara, adanya opisisi yang bebas mengkritik pemerintah dan menjadi penyeimbang pemerintah serta adanya proses pemilu yang netral, transparan, jujur dan adil.
Menurutnya lebih dari sekedar partai politik, rakyat tidak percaya pada proses demokrasi saat ini dan itu jauh lebih luas dari sekedar partai politik.
"Kalau kita menyaksikan bagaimana kebebasan berbicara menurun dan termasuk mengkritik partai politik dan indeks demokrasi kita menurun" ujarnya.
Sehingga menurutnya pasal-pasal yang diberikan kewenangan untuk digunakan secara karet kepada pengkritik.
"Pasal UU ITE atau Pasal 14 15 UU nomor 1 tahun 1946. Itu semua membuat kebebasan berbicara menjadi terganggu" tambahnya.
Sementara itu, dilansir dari DataIndonesia.id riset dari Economist Intelligence Unit (EIU) menyebut Indeks Demokrasi Indonesia meraih skor 6,71 pada tahun 2022. Skor tersebut tetap sama pada Indeks Demokrasi tahun 2021.
Dengan skor 6,71 tersebut masih tergolong cacat (flawed democracy) dan ranking demokrasi Indonesia pada tingkat global dari 52 menjadi 54.
Adapun indeks demokrasi yang dibuat dari EIU yakni berasal dari lima indikator yakni proses pemilu dan pluralisme yang memiliki skor tertinggi sebesar 7,92. Lalu, fungsi pemerintahan dengan skor 7,86, ketiga indikator partai politik dengan skor 7,22 dan indikator partisipasi politik dengan skor 6,18 serta yang terendah adalah indikator budaya politik mencatatkan skor 4,38.
"Indeks demokrasi yang stagnan ini disusun berdasarkan lima indikator. Indikator proses pemilu dan pluralisme, partisipasi politik, fungsi pemerintahan, budaya politik dan kebebasan sipil", dikutip dari DataIndonesia.id pada Selasa (12/12).