KabarMakassar.com — Universitas Muslim Indonesia (UMI) melakukan penelitian berkolaborasi dengan dua negara mengungkap misteri perjalanan orang-orang Bugis-Makassar di Malaysia dan Singapura.
Hal ini diungkap dalam agenda Seminar Internasional oleh Wakil Rektor V UMI, Prof Muh. Hatta Fattah bersama dengan Dr Mohamed Effendy dari Nasional University of Singapore dan Prof Mohd. Roslan dari University of Malaya, Malaysia yang berlangsung di Aula Fakultas Kedokteran UMI, Rabu (21/06).
Prof Muh. Hatta Fattah menjelaskan penelitian kolaborasi yang dilakukan untuk mengungkap sejumlah misteri berdasarkan catatan tentang orang Bugis-Makassar di semenanjung Malaya, Malaysia hingga di Singapura yang ditulis oleh orang Eropa.
Penelitian tersebut menjadi sangat penting untuk mewujudkan hubungan Malaysia dan Indonesia sebagai negara paling representatif sebagai perwujudan Islam Kosmopolitan.
Adapun sejumlah hal yang akan dilakukan dengan menyandingkan beberapa naskah-naskah dari Sulawesi Selatan dan yang ada di Malaysia maupun Singapura.
"Kita sepakat untuk menyandingkan dengan naskah-naskah dari tanah Bugis-Makassar dan kita analisis dan komparasi sehingga bisa mengungkap lebih detail konkrit bagaimana sepak terjang orang Bugis-Makassar dari Semenanjung Malaya hingga Singapura," ungkapnya.
Menurutnya, dari hasil penelitian sementara ditemukan perbedaan-perbedaan dari sumber yang dimiliki khususnya terkait Salewatang yang merupakan salah satu orang terkaya dan pebisnis ulung keturunan Bugis-Makassar di Semenanjung Malaya.
"Nampaknya apa yang berkembang disana dan disini ada perbedaan dari sumber yang dimiliki. Misalnya Salewatang berbeda disana pengertiannya dengan disini," jelasnya.
Pihaknya pun telah mendatangi wilayah Bugis Bone dan Wajo serta Makassar sendiri untuk mencari beberapa sumber untuk disandingkan dengan catatan dokumen yang ada di Singapura dan Malaysia.
Pihaknya pun menduga untuk sementara terdapat kontribusi besar yang dilakukan oleh orang-orang Bugis-Makassar yang melakukan perjalanan ke Semenanjung Malaya baik dari segi pembangunan, kerajaan serta bisnis perdagangan.
"Dengan Malaysia kita punya potensi besar menjadi perwujudan Islam kosmopolitan dan kita sedang mengembangkan kerangka penelitian ini," bebernya.